REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Untuk membentuk anak berkarakter Alquran, langkah awalnya adalah dengan mendekatkan anak-anak dengan Alquran. Termasuk menjadikan anak hafal Alquran.
Dalam kajian Sekeluarga Hafal Alquran yang digelar Majelis Taklim Wirausaha di Masjid Jenderal Sudirman WTC, Jakarta, pada Ahad (29/1), Ustaz Agus Sujatmiko menyampaikan pengalamannya mendidik delapan anaknya menghafal Alquran. Pertama, ia menyarankan orangtua meyakinkan dirinya sendiri Alquran adalah solusi hidup. ”Jangan pesimis. Kalau sudah punya tekad kuat, bisa,” kata Ustaz Agus.
Ada anak, yang dilatih menghafal Alquran dengan mendengarkan muratal pagi dan setoran hafalan ke ibunya sore. Bapaknya bekerja pagi pulang malam. Anak tetap menonton televisi dan main gim. Tapi bapak dan anak sepakat, televisi dan gim boleh tapi tanpa suara. Suara yang diputar adalah muratal yang surat yang sedang dihafalkan.
”Usahkan modifikasi lingkungan dengan lingkungan Qurani. Orangtua harus menyiasati. Maka pengkondisian dari kecil itu kebih baik,” ungkap Ustaz Agus.
Jangan paksa anak. Orangtua harus mengenali tipe belajar anak. Anak-anak juga perlu diputar video anak-anak yang hafal Alquran untuk memotivasi. Maka tontonan dan cerita bagi anak, harus yang punya unsur Alquran.
Sementara untuk anak SMP dan SMA, butuh lingkungan yang mendukung. Ustaz Agus menyarankan bila anak akan dipesantrenkan, baiknya anak usia SMP saja. Anak-anak dari usia SMP harus punya ustaz ustazah, punya komunitas yang sepemikiran, orang yang memberi contoh, dan diikutkan kegiatan sesuai hobi yang baik.
Anak-anak Ustaz Agus sendiri sudah ada yang di pesantren sejak sekitar usia SD. Ini bukan tanpa tantangan. Anak-anaknya sempat terkena kudis. Tekanan muncul dari keluarga dan rekan. Meski sempat goyah, tapi ia tetap menguatkan tekad.
”Yang penting, program menghafal harus mulai dari rumah. Sebelum dan sesudah tidur dengarkan muratal pada anak-anak,” kata Ustaz Agus.
Gambar: 123rf.com
