Jangan Paksa Anak Belajar Calistung

Dokter Sehat – Semua orangtua pasti ingin menginginkan anaknya pintar dan berprestas dalam pendidikan, orangtua senang jika buah hatinya dapat membaca, menulis, dan berhitung (Calistung). Tidak heran, banyak orangtua yang menyekolahkan dan memaksa anak harus bisa calistung saat duduk di pra sekolah. Apalagi beberapa sekolah dasar (SD) mensyaratkan anak yang akan masuk SD harus bisa membaca, namun ternyata hal itu tak baik bagi kondisi anak.

Menurut Pengajar di Taman Bermain Pelangi, Yuwanita Eka Putri, mendorong anak agar belajar terutama belajar calistung akan mengganggu perkembangannya, bahkan orangtua bisa melewatka masa perkembangan anak yang penuh warna dengan bermain.

Tahapan perkembangan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bukanlah keterampilan yang dapat begitu saja dikuasai anak. Terdapat keterampilan-keterampilan pendahuluan yang harus dimiliki anak untuk akhirnya bisa membaca, menulis, dan berhitung sebagai modal menapaki pendidikan setinggi-tingginya.

Yuwanita Eka Putri mengatakan, keterampilan pendahuluan diberikan pada masa golden age. Yakni usia 0–6 tahun. Pada masa ini, sebetulnya otak anak sedang mudah-mudahnya menyerap informasi yang dilihat dan dipelajari.

Ia mengatakan, untuk usia 2–3 tahun, anak bisa mengikuti kelas toddler. Di kelas toddler 2 tahun, anak diajarkan bagaimana cara bersosialisasi, bermain, dan memang konsepnya belum untuk belajar. Sedangkan kelas berikutnya, yaitu usia 3 tahun, anak sudah diperkenalkan warna, angka 1–5, bentuk-bentuk datar, segitiga, dan sebagainya.

Kemudian ketika anak 4 tahun, ia mulai masuk TK A serta masih diperkenalkan nama kendaraan transportasi, nama, bagian tubuh, sekolah, kesehatan, pantai, dan laut. Setahun kemudian, di TK B, metode belajarnya juga tidak jauh dengan TK A. Namun, dengan kesulitan yang berbeda.
Jadi anak-anak usia 0–6 tahun ini diajarkan bermain dengan teman-temannya untuk bersosialisasi supaya anak tidak jadi pemalu, dadi ketika bertemu teman, anak menjadi riang dan tidak diam, lalu menangis. Jika masa keemasan anak ini sudah dilewati, barulah anak masuk ke tahapan perkembangan kemampuan calistung. Yaitu :

1.Membaca
Melihat gambar adalah bentuk membaca yang paling sederhana, sejak usia 3–5 tahun pun, anak diharapkan sudah memiliki ketertarikan untuk membaca gambar, simbol, dan logo yang ada di sekitarnya. Karena itu, salah satunya anak membutuhkan pencahayaan yang tinggi pada buku bergambar.

Pada usia 4–6 tahun, anak baru mulai diharapkan mampu membaca gambar, simbol, dan logo. Misalnya melihat gambar Colonel Anderson ia membaca Kentucky atau melihat logo supermarket ia sudah bisa mengenalinya, membaca dengan pola diharapkan mulai dikuasai anak pada usia 5–7 tahun.

Selain mengenali bentuk dan pola, anak juga harus bisa memegang buku dengan baik serta mampu membalikkan dari kiri ke kanan. Keterampilan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan keterampilan motorik anak.

2.Menulis
Jauh sebelum anak bisa memegang pensil dengan baik, ia perlu belajar menjumput (memegang benda dengan telunjuk dan ibu jari). Ia perlu mengetahui bahwa tulisan itu memiliki arti, kembali lagi bisa dikembangkan dengan memperlihatkan berbagai buku.

3.Berhitung
Anak perlu memahami konsep berhitung bahwa satu untuk satu benda (one-to-one correspondence), jadi sebelum mengajarkan menghitung satu-dua-tiga, ajarkan anak untuk membagikan satu benda untuk satu orang atau satu benda ke dalam satu lubang (bisa memakai congklak). Seperti disebutkan di atas, mengenali simbol termasuk angka baru diharapkan setelah anak berusia 4–6 tahun.

Sementara untuk les calistung, sebaiknya jangan diberikan kepada anak di bawah usia 6 tahun. Karena pada saat anak berusia 6–7 tahun, ia baru mencapai kematangan sensorik dan motorik. Pada waktu itulah, anak benar-benar siap untuk menulis dan membaca.
Pada akhirnya semua anak pasti bisa membaca dan menulis, hanya waktunya yang mungkin berbeda-beda. Karena perkembangan tiap anak berbeda, ada yang bisa membaca pada usia 4 tahun atau ketika usia 5 tahun. Jadi jangan khawatir bila anak lain sudah menguasai keterampilan tertentu, sementara anak Anda belum.

Lihat kisaran usianya saja, jangan memaksa belajar membaca terlalu dini. Apabila dipaksakan untuk membaca dan menulis pada waktu belum siap, anak akan memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan serta muncul penolakan. Namun, saran ini tidak berlaku untuk anak-anak yang memang memiliki ketertarikan dalam membaca dan menulis yang sangat tinggi.
Apabila anak sudah sangat tertarik, bisa mulai mengajarkan atau memasukkan ke tempat les calistung. Sebelum ikut les, perhatikan cara pengajarannya. Jangan sampai setelah les, minat membaca, menulis, dan berhitung anak malah menurun.